Virus Corona tak hanya berdampak pada bidang kesehatan saja, namun juga di bidang ekonomi. Bahkan disebut-sebut bahwa dampak krisis ekonominya lebih parah daripada krisis ekonomi tahun 2008. Hal ini disebabkan China merupakan negara penguasa manufaktur di dunia saat ini. Jika produksinya menurun drastis, tentu saja rantai suplai barang akan terganggu sehingga produksi lainnya juga lambat.

Jika epidemi virus corona terus berlangsung dan mencapai klimaks di kuartal pertama tahun ini, maka epidemi di negara lain akan berangsur pulih dan bisa dikendalikan. Hal sebaliknya akan terjadi lebih buruk jika epidemi akan keluar dari China dan menyebar ke wilayah Asia, Amerika Utara, dan Eropa. Apa saja yang menyebabkan sektor ekonomi terganggu oleh virus corona?

Dampak Virus Corona Terhadap Ekonomi

Penyebab Terpengaruhnya Sektor Ekonomi Oleh Virus Corona

1. Tak Ada Pekerja/Buruh

China terkenal sebagai pabrik dunia karena sebagian besar produk kelas dunia diproduksi di China, seperti Jaguar, Apple, Diageo, Volkswagen, dan Land Rover. Saat ini pabrik di China hanya 60% – 70% yang beroperasi karena sebagian besar buruh sedang dalam karantina. Selain karena proses karantina, para buruh masih khawatir untuk keluar rumah karena resiko tertular virus corona.

Meskipun beberapa pemimpin China telah menyarankan kepada pemerintah daerah dan pabrik untuk bekerja kembali, tanggapan dari pihak terkait masih lambat. Padahal daerah-daerah mereka tak terlalu berdampak epidemi.

2. Penurunan Produksi iPhone

Diantara banyak produksi China, pabrik smartphone-lah yang paling berpengaruh. Hal ini disebabkan karena China memproduksi dan mengekspor perangkat smartphone paling banyak di dunia. Saat ini banyak smartphone yang kekurangan suku cadang dan barang seperti iPhone Apple, padahal smartphone ini merupakan perangkat yang paling laris di dunia. Pada pertengahan Februari, perusahaan iPhone mengumumkan bahwa produksi dan penjualannya telah terkena pengaruh dampak negatif wabah corona.

Hal ini mengakibatkan suplai iPhone akan dibatasi sementasa di seluruh dunia. Menurut riset pasar Canalys, penurunan produksi dan distribusi iPhone ini mencapai 50% berdasarkan pengiriman Oktober 2019 dan Maret 2020.

3. Toko dan Restoran Banyak Tutup

Sebab permintaan pada barang rendah, banyak toko memutuskan tutup sementara. Pelanggan banyak memilih tinggal di rumah daripada berbelanja. Tak hanya toko-toko, restoran juga banyak tutup selama epidemi hingga mencapai 93%. Kerugian bisnis restoran ini disinyalir mencapai 500 miliar yuan atau 1000 triliun rupiah.

Akibat dari lesunya perekonomian China, ekonomi global menghadapi situasi yang tidak menentu dan mendesak. Hal ini menjadi ancaman bagi seluruh rantai suplai China. Dalam situasi ini, pihak China terus berusaha menyampaikan pesan dan informasi yang menenangkan.

Kabar baiknya, 90% perusahaan milik negara telah beroperasi dan memulai kegiatannya termasuk sektor penting seperti sektor migas, listrik, komunikasi dan transportasi. Namun penurunan produksi di China berdampak positif bagi lingkungan, NASA mencatat terdapat penurunan nitrogen dioksida di China yang berarti menunjukkan penurunan tingkat polusi.