Seiring dengan semakin meningkatnya kasus penyebaran virus corona di Indonesia, banyak pihak yang mengusulkan supaya pemerintah segera mengambil opsi lockdown sebagaimana di beberapa negara lain. Lockdown bisa menjadi salah satu opsi untuk memutus penyebaran wabah virus covid 19. Hanya saja, apakah opsi ini bisa jadi pilihan terbaik? Adakah kemungkinan dampak buruk yang terjadi bila opsi lockdown benar-benar direalisasikan, terutama di ibukota Jakarta?

Dampak Buruk yang Bisa Terjadi Jika Jakarta Lockdown

Deretan Dampak Negatif bila Jakarta Lockdown

Sejauh ini pemerintah pusat berupaya supaya semua pihak bisa mengoptimalkan skema tetap di rumah saja baik untuk bekerja, sekolah, hingga beribadah. Opsi skema di rumah saja ini diambil lebih diupayakan dibandingkan melakukan lockdown. Hal ini tentu bukan tanpa alasan dan pertimbangan. Pasalnya, ada setidaknya 3 dampak buruk yang bisa terjadi bila lockdown di Jakarta benar-benar dilakukan guna menekan bahkan memutus penyebaran wabah virus corona.

1. Kelangkaan Ketersediaan Pangan

Salah satu dampak buruk yang bisa terjadi ketika Jakarta lockdown adalah kelangkaan ketersediaan pangan. Sebagaimana diketahui, kebutuhan pokok di ibukota Jakarta berasal dari sejumlah wilayah di luar Jakarta. Tentunya, bila lockdown Jakarta benar-benar dilakukan, kelangkaan kebutuhan pangan sangat mungkin terjadi. Apalagi saat ini sudah mendekati masuknya bulan Ramadhan sehingga hal ini pun bisa berdampak dengan kenaikan harga.

2. Peningkatan Panic Buying di Masyarakat

Menghadapi kondisi yang cukup meresahkan dan ditambah dengan masih sangat awamnya tentang penyebaran virus corona, tentu hal ini memicu kekhawatiran tersendiri di masyarakat. Ketika lockdown benar-benar akan diumumkan, maka hal yang harus siap dihadapi adalah masalah panic buying di masyarakat.

Mendengar adanya pengumuman akan diberlakukannya lockdown, hal ini menimbulkan kepanikan tersendiri bagi masyarakat. Banyak orang akan menyerbu berbagai pusat perbelanjaan untuk menyetok bahkan menimbun bahan pangan ataupun kebutuhan lainnya.

Panic buying menjadi masalah tersendiri yang harus dihadapi ketika lockdown dilakukan. Bukan hanya kebutuhan pangan seperti makanan dan minuman saja yang bisa ludes di pasaran saat lockdown diumumkan, melainkan juga berbagai obat-obatan ataupun kebutuhan lainnya.

Ketika masyarakat yang memiliki kemampuan finansial lebih siap mengambil sikap untuk berbelanja dalam jumlah besar guna menyetok dan bahkan ada oknum-oknum yang memanfaatkannya untuk menimbun berbagai kebutuhan, tentu ini akan menimbulkan masalah baru nantinya. Angka kemiskinan bisa naik karena masyarakat kelas menengah bawah tak memiliki kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk menyetok bahan pangan atau kebutuhan lainnya.

3. Pertumbuhan Ekonomi Terancam Anjlok

Dampak buruk lain yang bisa terjadi ketika lockdown diberlakukan di Jakarta adalah pertumbuhan ekonomi nasional yang bisa anjlok secara signifikan. Adanya opsi lockdown Jakarta tentu sangat berimbas bagi perusahaan maupun UMKM yang berada di berbagai wilayah luar Jakarta. Selama ini, peredaran uang terbesar terjadi di Jakarta.

Tentunya, ketika Jakarta lockdown maka aktivitas semua perusahaan yang berpusat di Jakarta pun akan terganggu. Imbas terbesar juga akan dirasakan UMKM ataupun para sopir online. Ketika pertumbuhan ekonomi merosot secara signifikan maka krisis pun bisa semakin cepat terjadi.

Beberapa dampak buruk di atas menjadi bahan pertimbangan mengapa lockdown harus dihindari. Banyak yang harus disiapkan pemerintah ketika ingin mengambil opsi lockdown. Bukan hanya perlu menyiapkan ketersediaan bahan pangan yang cukup tetapi juga hal-hal lainnya yang pastinya juga harus mendapatkan perhatian dan pertimbangan matang.